Autis merupakan kelainan perkembangan anak yang sangat kompleks. Gangguan perkembangan tersebut ditandai dengan tiga masalah utama, yaitu kemampuan interaksi sosial, komunikasi dan perilaku berulang-ulang. Menurut dokter dari klinik deteksi dini perkembangan anak di Jakarta, Dr.Nia Nurul Aziza, penyebab pasti terjadinya autis belum diketahui pasti. Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian untuk menemukan penyebab pastinya. Tetapi diduga penyebabnya dikombinasikan dari faktor genetik dan lingkungan, ujar Nia.
Faktor genetik, lanjut Nia bisa dikarenakan adanya infeksi, alergi, gangguan nutrisi kehamilan dan keracunan logam berat, sedangkan faktor lingkungan mencakup gangguan saluran cerna, psikodinamik lingkungan keluarga, kelainan struktur otak, gangguan hormonal dan masih banyak lagi.
Gejala Autis
Gejala atau tanda autis dapat dilihat dari adanya gangguan interaksi sosial, komunikasi, prilaku, emosi dan persepsi sensoris. Umumnya tanda awal autis dapat terlihat pada usia 18-36 bulan. Tetapi bisa pula lebih dini. Hali ini bisa dilihat dari keterlambatan perkembangan secara umum, terutama aspek bicara atau bahasa.
Menginjak usia 6 bulan, tanda dapat dilihat dengan tidak pernah tertawa lepas, usia 9 bulan tidak pernah membalas interaksi seperti suara, senyuman atau ekspresi wajah, usia 12 bulan dapat dilihat dengan keterlambatan mengoceh sama sekali, tidak tertarik untuk meraih atau memainkan benda atau mainan, usia 16 bulan belum bisa mengucapkan satu patah kata pun dan tidak bisa mengucapkan gabungan dua kata yang berarti pada usia 24 bulan. Apabila ada indikasi atau keluhan seperti keterlambatan bicara, gangguan komunikasi atau interaksi social dan prilaku berulang-ulang, maka sebaiknya anak dilakukan deteksi dini autis sebelum usia tuga tahun, imbuh Nia.
Sebetulnya, gejala autis bisa terdeteksi jauh-jauh sebelumnya, yaitu sejak bayi. Pada bayi, autis bisa dikenali dengan tingkahnya yang tidak pernah menatap wajah ibunya, tidak responsif ketika dipanggil namanya, tidak bisa mengikuti gerakan benda dengan matanya, jarang tersenyum, meniru tingkah atau suara oranglain, menunjuk dengan jari dan jarang mengucapkan kata-kata atau mengoceh.
Penanganan Autis
Penanganan autis secara umum adalah dengan pendekatan eduaksi, tetapi prilaku dan obat-obatan. Dr.Nia menjelaskan, pada pendekatan edukasi diperlukan pendekatan yang intensif dan terstruktur mencakup terapi bicara dan bahasa, sehingga anak dapat berkomunikasi dan mengucapkan kata-kata yang bermakna. Sedang terapi prilaku bertujuan untuk menghilangkan prilaku yang tidak diinginkan dan menstabilkan prilaku yang diinginkan . Obat-obatan juga diperlukan untuk menghilangkan agresifitas dan sifat impulsive anak, jelas Nia.
Target penalaksanaan dalam penanganan autis secara umum adalah untuk meminimalkan defisit yang ada, mengurangi perilaku yang menggangu dan meningkatkan proses belajar, terutama kemampuan bahasa, berkomunikasi dan keterampilan menolong diri sendiri. Dr.Nia memberitahukan, tidak ada jawaban mudah untuk mengatasi m,asalah autis. Namun dengan pengenalan dan tata laksana yang tepat dan sedini mungkin maka dapat meningkatkan kualitas hidup.
Sumber : Majalah kesehatan keluarga DOKTER KITA edisis 5- THN V - Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar